Pengembangan model kurikulum Bianglala dilakukan dalam beberapa dimensi, yaitu:
Dimensi capaian pembelajaran (tujuan pembelajaran).
Dimensi ini merupakan tujuan dan dari semua dari proses pembelajaran yang
dilakukan di Bianglala. Tujuan Pembelajaran di Bianglala adalah untuk menumbuhkan
sikap mandiri di dalam anak, anak yang sehat, anak yang riang, berkembang
secara spiritual , trampil secara sosial, serta sikap hidup yang kreatif.
Dimensi Medium Pembelajaran
Medium pembelajaran adalah perlengkapan pembelajaran yang akan mengantarkan
pesan-pesan positif pembelajaran. Medium pembelajaran yang digunakan di
Bianglala adalah sebagai berikut :
Medium Bahasa
Medium Science
Medium Social
Medium Psikomotor
Medium Moral-Spritual
Dimensi Capaian Ketrampilan Pembelajaran
Ketrampilan pembelajaran adalah ketrampilan yang secara langsung didapatkan
ketika melangsungkan aktivitas dengan menggunakan medium pembelajaran. Misalnya,
pada medium pembelajaran bahasa, keterampilan pembelajaran yang diperoleh
adalah; anak dapat menanyakan “alamat rumah” , dsb
Dimensi Kultur Pembelajaran
Dimensi ini akan meyiratkan sikap dan kebiasaan hidup yang positif yang akan
dikembangkan di dalam lingkungan Bianglala. Kultur pembelajaran akan berinteraksi
sangat erat dengan ekologi pembelajaran
Dimensi Ekologi Pembelajaran
Ekologi pembelajaran adalah modifikasi secara keseluruhan lingkungan fisik
Bianglala agar membantu setiap elemen yang terlibat di dalam pembelajaran
Bianglala.
Dimensi Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses untuk mengetahui dan memahami sejauh
mana pesan-pesan positif pembelajaran telah diterima oleh anak. Evaluasi
juga merupakan satu strategi untuk membantu edukator merencanakan dan melakukan
penyesuaian praktis di dalam pembelajaran.baik untuk dirinya maupun bagi
anak
Proses belajar mengajar di Bianglala Play Group & Day Care dapat dilakukan di mana saja, tidak selalu di dalam kelas (misal: di play house, dapur, kebun anak-anak bahkan di rumah siswa/home visit); asal materi dapat tersampaikan dan dapat diterima dengan baik oleh para siswa. Agar para siswa dapat mencerna materi pembelajaran dengan baik; materi dikemas dalam suatu “Tema”. Sebagai contoh; para edukator akan mengajarkan tema makanan sehat; dalam tema tersebut edukator akan mempersiapkan sayur mayur, telur, tahu, tempe, ikan, susu dll. Pesan positif dari tema tersebut akan disampaikan kepada para siswa dengan suatu “Role Play” yang dilakukan oleh para siswa dan edukator. Dari contoh tema tersebut, apabila kita amati belajar akan mudah apabila anak langsung berhadapan dengan objek pembelajarannya (Learning by Playing and Experiencing). Belajar juga akan lebih mudah menjadi bagian dari diri anak karena anak melakukan sesuatu. Sesuatu itu tidak hanya untuk diceritakan saja yang hanya akan diakhiri dengan anak membayangkannya. Namun sesuatu itu akan menjadi bagian dari diri anak karena sesuatu itu dialaminya, dilihat, didengar, diraba, dan dirasakan oleh anak.
Kegiatan belajar dan bermain para siswa setiap harinya akan dipantau oleh para edukator. Setiap edukator akan menjadi bunda/yanda wali dari para siswa dengan perbandingan maksimum 1:5. Hasil pantauan para edukator akan dituangkan dalam suatu buku; yaitu “Buku Komunikasi”. Melalui buku komunikasi ini para edukator dapat mengkomunikasikan kepada orang tua siswa apa saja yang terjadi dan yang dilakukan anak di Bianglala hari itu dan sebaliknya orang tua akan menulis kondisi anak di rumah pada hari itu juga, sebelum anak memulai aktivitasnya di Bianglala. Proses tersebut diharapkan dapat menjalin kesepahaman dalam memahami kondisi anak. Melalui laporan rutin harian dari buku komunikasi tersebut dapat disusun buku laporan perkembangan anak (book report) yang akan diberikan kepada orang tua setiap 4 bulan sekali (quarter) pada saat acara “Parental Meeting”.